Bagaimana Cara Mempelajari TCM
Walaupun TCM adalah sebuah cabang ilmu
yang telah berusia ribuan tahun dan dikenal luas di seluruh dunia juga
Indonesia, namun pada kenyataannya sebagian besar anggota masyarakat tidaklah
memahami benar mengenai ilmu ini. Terlihat dari banyaknya para siswa yang
kebingungan dalam mempelajarinya.
Sebetulnya hal ini bisa dimaklumi,
mengingat perbedaan budaya, filosofi serta bahasa menjadi hambatan terbesar
bagi para peminat TCM. Nah, mencoba untuk mengurangi hambatan-hambatan
tersebut, saya bagikan beberapa tips untuk mempelajari ilmu TCM.
1. Alihkan Perhatian dari Pola Pikir
Kedokteran Modern
Salah
satu hambatan terbesar bagi siswa saat mempelajari TCM adalah, ia selalu otomatis
membanding-bandingkannya dengan ilmu kedokteran modern. Karena kita memang kita
dibiasakan hidup berdampingan dengan "budaya dokter" semenjak kecil.
Saat sakit, orangtua akan langsung
membawa kita ke dokter dan bukan ke pengobatan alternatif. Saat masih usia
sekolah, kita diajarkan ilmu IPA dan saat SMP - SMA menjadi lebih rinci lagi;
biologi, kimia, fisika dan matematika. Kita telah terbiasa pada dunia sains
modern. Saya sendiri, mendapatkan pendidikan SMA di salah satu sekolah favorit
yang memfokuskan perhatiannya pada dunia sains dan para murid dipacu untuk
cemerlang dalam bidang IPA. Sehingga ketika saya mempelajari TCM untuk pertama
kalinya, saya merasa seakan tengah "diputar sampai jungkir balik".
Penyusun tubuh manusia bukanlah DNA, tapi jing, qi, xue, dan jin-ye? Organ
tubuh utama yang mengatur pencernaan bukan lambung tapi limpa? Tidak perlu
pemeriksaan laboratorium dan radiologi untuk mendiagnosa penyakit, dan hanya
dengan bertanya, melihat wajah dan bentuk tubuh, bentuk lidah dan perabaan
denyut nadi kita bisa mendiagnosa penyakit??? Saya bahkan nyaris menyerah di
semester kedua saya, sampai saat semester keenam di mana saya akhirnya
menyadari bahwa ilmu TCM dan western
medicine tidak boleh diperbandingkan - mereka hanya ditakdirkan untuk berjalan
berdampingan namun tak akan bisa menyatu, karena ideologi dasar antara mereka
sangatlah berbeda.
Bagaimanapun, poin inilah yang paling penting
untuk dilakukan bila Anda benar-benar ingin menguasai TCM. Saya yakin pastilah
akan sangat sulit dilakukan, terutama apabila Anda adalah seorang dokter atau
pharmacist. Semakin kuat ideologi sains modern menancap di benak Anda, semakin
sulit untuk mengesampingkannya. Namun, ada pepatah kuno mengatakan,
"Cangkir yang penuh tidak akan bisa menampung air lagi. Untuk menampung
air, maka harus terlebih dahulu mengosongkan isinya." Anda memang tidak
perlu membuang ilmu western medicine
Anda (saya pun juga tidak membuang ilmu sains saya, ilmu itu saya dapatkan
dengan susah payah mana tega saya membuangnya, haha...). Anda hanya perlu
menaruhnya di tempat lain, dan berhenti membandingkannya dengan ilmu TCM.
2. Perdalam Pengetahuan Anda di Bidang Falsafah, Budaya dan Bahasa
China
Untuk masuk Fakultas Kedokteran, Anda
dituntut untuk memiliki penguasaan bahasa Inggris yang baik, supaya Anda dapat
mengerti istilah kedokteran yang kebanyakan merupakan bahasa Inggris dan mampu
membaca buku panduan kedokteran yang sebagian besar tidak diterjemahkan ke
bahasa Indonesia. Sama halnya dengan itu, Anda dituntut memiliki pengetahuan
tentang budaya, filsafat dan bahasa China. Karena asal TCM adalah dari negeri
China.
Sewaktu saya mempelajari TCM di
universitas China, tidak ada orang Indonesia lagi di kelas selain saya. Bahkan
orang Malaysia dan Singapura yang kebudayaannya boleh dibilang paling dekat
dengan kita pun juga tidak ada. Kebanyakan mahasiswa berasal dari Korea, Jepang
dan Vietnam. Keadaan menjadi lebih buruk bagi saya ketika hanya saya sendirilah
yang tidak mengerti akan pelajaran yang diberikan. Teman-teman Korea, Jepang
dan Vietnam saya dapat menangkap pelajaran dengan cepat lantaran budaya mereka nyaris sama dengan China (dan tahukah
kalian? Dalam banyak sektor, bahasa Jepang dan Korea pun juga masih bersaudara
dengan Mandarin. Huruf kanji Jepang merupakan aksara mandarin. Banyak bunyi
pelafalan bahasa Korea diambil dari bahasa China). Akhirnya saya mengambil
kesimpulan, saya harus meningkatkan pengetahuan saya mengenai budaya, filsafat
serta bahasa China. Barulah saya mampu memahami ilmu TCM dengan lebih mendalam.
Bahkan saya sempat berkata pada para siswa
di VTBS, "Cobalah untuk membayangkan, Anda tidak sedang berada di dunia
modern. Melainkan tengah terlempar ke dunia masa lampau di China, dunia yang
sama persis dengan dunia dalam film silat atau film kerajaan China kuno. Dunia
tanpa hadirnya metode serta pemikiran barat. Tanpa mikroskop, tanpa komputer,
tanpa lab kimia. Untuk menyembuhkan penyakit tidak bisa menggunakan jarum
suntik atau obat kimiawi karena belum ditemukan. Yang tersedia hanyalah jarum
sederhana serta obat alami." Berimajinasi kadang sedikit membantu loh,
untuk belajar.
3. Perbanyak Pengalaman Praktek
Bagaimanapun, TCM adalah juga merupakan
ilmu pengobatan. Dan kita semua tahu bahwa tidaklah cukup mempelajari ilmu
pengobatan hanya dengan teori. Kita harus praktek. Bilamana ada kesempatan
untuk mengamati serta memeriksa pasien, maka janganlah ragu untuk
melaksanakannya. Bahkan ada seorang anonim yang mengatakan, "Untuk menjadi
seorang ahli TCM yang ahli, seaeorang harus meraba ribuan nadi pasien."
Jangan pernah merasa apa yang kita
pelajari sudah cukup. Timbalah terus ilmu. Perbanyak pembacaan teori-teori TCM,
baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Ikuti pendidikan serta seminar
TCM. Perdalam praktek. Dan perbanyak menimba ilmu, baik dari para sinshe senior
maupun para para pendidik TCM.
Adapun tips ini saya dapatkan dari
pengalaman saya sebagai siswa Indonesia yang mempelajari TCM di negeri asing,
serta dari pengalaman saya saat mengajar dan berinteraksi dengan para
siswa-siswi di beberapa kursus TCM. Semoga bermanfaat.
Dan yang terutama, jangan pernah menyerah
saat tersandung batu kegagalan. Kita harus tetap optimis dan percaya, bahwa
kegagalan hanyalah keberhasilan yang tertunda, dan yang acapkali mengasah kita
menjadi lebih baik lagi. Sesungguhnya bahkan, kita benar-benar dinyatakan gagal
saat kita menyerah dan berhenti selamanya.
Terima kasih telah membaca!
Oleh: Sinshe Shinta Amelia, CMD
shinta.tcm@gmail.com